PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
MENYUSUN PENIAIAN ACUAN PATOKAN
DAN PENILAIAN ACUAN NORMA
Oleh
Nopriyani
Anglusia
NIM
06032681418010
Dosen
Pengampu:
Prof. Dr. H. Fuad Abd.Rachman, M.Pd.
Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc.
Dr. Nyayu Khodijah, M.Si.
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam mendesain
instruksional, sering kali seorang pengajar menyusun alat penilaian hasil belajar
setelah proses intruksional berakhir. Ia menyusunnya dalam waktu yang singkat
berdasarkan isi pembelajaran yang telah diajarkan dan masih segar dalam
ingatannya. Keadaan tersebut memungkinkan tidak berfungsinya tujuan
instruksional yang telah dirumuskannya.
Tes yang seharusnya
disusun adalah tes yang mengatur tingkat pencapaian siswa terhadap perilaku
yang terdapat dalam tujuan intruksional. Tes tersebut mungkin tidak dapat
mengukur penguasaan siswa terhadap seluruh uraian pengajar dalam proses intruksional,
sebab apa yang diberikan pengajar selama proses tersebut belum tentu seluruhnya
relevan dengan tujuan intruksional. Isi pelajaran bukanlah kriteria untuk
mengukur keberhasilan proses pelaksanaan intruksional.
Dalam mengukur tingkat
keberhasilan peserta didik diperlukan tehnik dan prosedur penulisan alat
penilaian. Tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan
instruksional merupakan petunjuk akan tingkat keberhasilan sistem
instruksioanal yang digunakan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, masalah yang diangkat dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Apakah
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)?
2. Apa
persamaan dan perbedaan PAN dan PAP?
3. Bagaimana
penyusunan alat penilaian hasil belajar?
C.
Tujuan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
apakah PAN dan PAP
2. Mengetahui
persamaan dan perbedaan PAN dan PAP
3. Mengetahui
bagaimana cara penyusunan alat penilaian hasil belajar
D.
Manfaat
Manfaat
penyusunan makalah ini antara lain:
1. Bagi
penulis
Dapat mengetahui berbagai macam teknik dalam
pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode
penilaian acuan norma dan acuan patokan.
2. Bagi
Guru
Dapat menggunakan penilaian acuan
patokan dalam mendesain instruksional
PENILAIAN
ACUAN PATOKAN
DAN
PENILAIAN ACUAN NORMA
A.
Penialaian
Acuan Norma
Istilah tes
acuan norma merupakan terjemahan dari norm-referenced
test. Tes ini disusun untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang
peserta tes diantara kelompokknya baik kelompok peserta didik dalam satu kelas,
sekolah, provinsi atau nasional.
Dalam
penyusunan tes acuan norma memerlukan kaliberasi yang lebih sulit daripada tes
acuan patokan, karena tidak semua butir tes dapat digunakan dalam tes acuan
norma. Soal yang digunakan dalam tes acuan norma harus memiliki tingkat
kesukaran serta daya pembeda, sehingga hasil tes acuan norma benar-benar
menunjukkan kedudukan seorang peserta tes di antara kelompoknya.
Berikut ini
beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
- Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
- Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
- Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
- Penilaian Acuan Normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
- Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.
Sebagai contoh
adalah dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor
mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan
penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi
(50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. Sedangkan mereka yang mendapat
skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8,
7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut:
Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai
peserta tes, yang diperoleh dengan cara:
10
= 10
10
= 9
10
= 8
10
= 7
10
= 6
Cara lain dengan menafsirkan hasil
tes acuan norma dengan menggunakan skor persentil. Contohnya bila Neni Asriyani
mencapai skor mentah 71 dari skor maksimum 100, akan dicari skor persentilnya.
Langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Hitung
jumlah peserta didik yang mencapai 71 dan dibawahnya, misalnya 20 orang. Jumlah
seluruh peserta tes 50 orang.
2. Skor
persentil Neni diantara kelompok tersebut adalah 20/50 = 40
B.
Penilaian
Acuan Patokan
Istilah penilaian acuan
patokan merupakan terjemahan dari criterion-referenced
assesment. Literatur asing menyebutnya sebagai criterion-referenced test, objective-referenced assesment, content
referenced assesment, domain referenced assesment dan universe referenced
assesment. Istilah tersebut dapat ditukarkan dalam penggunaannya. Dalam
menafsirkan hasil tes acuan patokan yang didasarkan atas persentase skor yang
dicapai peserta didik dibandingkan dengan skor maksimum.
Penilaian acuan patokan
adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur
tingkat penguasaan peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan
instruksional khusus tersebut.
Skor yang dicapai
setiap peserta didik ditafsirkan dengan cara yang sama, yaitu membandingkan
dengan skor maksimum yang mungkin dicapai peserta didik untuk kompetensi yang
terdapat dalam tujuan instruksional. Alat penilaian hasil belajar kawasan
kogninif memang selalu berbentuk tertulis atau lisan. Berbeda kawasan
psikomotor selain berbentuk lisan atau tertulis respon perserta didik harus
berbentuk gerak fisik. Sedangkan alat penilaian hasil belajar kawasan afektif,
berbentuk sikap perilaku yang dapat diamati.
Sebagai contoh rumus yang dapat digunakan adalah:
Nilai = skor mentah / skor maksimum ideal
x 100
Selanjutnya nilai-nilai yang berhasil
dicapai masing-masing siswa ditransfer atau diterjemahkan menjadi nilai huruf
dengan patokan-patokan yang telah disepakati masing-masing
lembaga/institute/universitas. Misalanya:
Nilai 85 keatas = A
Nilai 75 – 84 = B
Nilai 65 – 74 = C
Nilai 55 – 64 = D
Nilai dibawah 55 = E
C.
Persamaan dan Perbedaan Penilaian
Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Gronlund (1990)
mengemukakan kesamaan dan perbedaan kedua jenis tes tersebut, yaitu:
Persamaannya:
1.
Keduanya mensyaratkan perumusan secara
spesifik kompetensi atau perilaku yang akan diukur.
2. Keduanya
disusun berdasarkan sampel dan tujuan instruksional yang rasional dan
representatif.
3. Keduanya
menggunakan jenis tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes
kinerja atau tes keterampilan
4. Keduanya
menggunakan ketentuan yang sama dalam menulis butir tes, kecuali untuk kesulitan
tes. Ini berarti bahwa keduanya sama-sama membutuhkan kalibrasi daya pembeda
dan analisis options.
5. Keduanya
dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitas
6. Keduanya
digunakan ke dalam pendidikan walaupun maksud yang berbeda.
Perbedaannya:
Tabel 1. Perbedaan PAN dan PAP
PAN
|
PAP
|
Mengukur sejumlah besar kompetensi
atau perilaku dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku
|
Mengukur kompetensi atau perilaku dalam
jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku
|
Menekankan perbedaan di antara peserta
tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif
|
Menekankan penjelasan tentang apa
perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
|
Lebih mementingkan butir-butir tes
yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang
terlalu mudah dan terlalu sulit.
|
Mementingkan butir-butir tes yang
relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat
kesulitannya.
|
Digunakan terutama untuk survey
|
Digunakan terutama untuk penguasaan.
|
Penafsiran hasil tes membutuhkan
pendefenisian kelompok secara jelas
|
Penafsiran hasil tes membutuhkan
pendefenisian perilaku yang diukur secara jelas dan terbatas.
|
Dalam
mengembangkan jenis alat penilaian hasil belajar apapun, ada prinsip yang harus
dipegang teguh, yaitu pertama-tama alat penilaian itu berbasis TIU dan TIK. Di
samping itu, sedikitnya ada tiga persyaratan pokok yang harus dipenuhialat
penilaian yang baik, yaitu validitas, reliabilitas dan kepraktisan
penggunaanya.
D.
Prosedur
Penyusunan Alat Penilaian Acuan Patokan
Untuk
menyusun alat penilaian, perlu melakukan langkah-langkah berikut:
1.
Menentukan Maksud Penilaian
Alat penilaian yang akan dibuat pendesain
instruksional akan digunakan untuk dua maksud utama, yaitu memberikan umpan
balik bagi peserta didik dalam setiap tahap proses belajarnya dan untuk menilai
efektifitas sistem instruksional secara keseluruhan.
2.
Membuat tabel spesifikasi
Nama lain dari tabel spesifikasi adalah kisi-kisi.
3.
Menulis butir tes
Dalam menulis butir tes, macam dan
jumlah butir tes harus sesuai dengan tabel spesifikasi, menggunakan komponen
kondisi dalam TIK sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan, dan setiap
menyelesaikan satu butir tes, seorang pendesain instruksional menanyakan kepada
dirinya sendiri dengan pertanyaan “ Seandainya p peserta didik dapat menjawab
pertanyaan atau melakukan perilaku yang dikehendaki oleh butir tes tersebut
dengan benar, apakah peserta didik berarti telah mampu melakukan atau menguasai
perilaku seperti yang telah tercantum dalam TIK?” (Bila ada keragu-raguan,
butir tes harus direvisi).
4.
Merakit Tes
Butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan
atas dasar jenis yang sama kemudian diberi nomor urut 1 dan seterusya
5.
Menulis Petunjuk
Dalam menulis petunjuk haruslah singkat, jelas
tetapi padat. Misalnya menuliskan berdasarkan jenis tes (mengisi, menjodohkan,
benar salah, pilihan ganda dan lainnya)
6.
Menulis Kunci Jawaban
Hal ini diperlukan untuk memberi skor atau orang
yang memeriksa dan menilai hasil jawaban peserta didik.
7.
Menguji coba Kualitas Teknis Tes
a.
Kualitas setiap butir tes
b.
Kejelasan dan kesederhanaan petunjuk
cara menjawab
c.
Kemudahan siswa memahami maksud setiap
pertanyaan
d.
Kelengkapan alat-alat yang harus dibawa
siswa, misalnya kalkulator, tabel, kertas jawaban, pensil atau alat tulis
tertentu
e.
Kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa
dengan yang ditetapkan dalam tes tersebut
f.
Kejelasan dan kebersihan pengetikkan.
8.
Menganalisis hasil ujicoba
Hasil uji coba tes dapat diolah
dalam dua bagian penting, yaitu kualitas setiap butir tes, dianalisis daya
pembedanya dan untuk tes pilihan ganda dianalisis juga fungsi setiap optionnya.
Selanjutnya kualitas teknik penulisan dan kualitas fisik, dianalisis menurut
unsur-unsur point 7b – 7f.
9.
Merevisi tes
Tes yang telah diujicobakan
direvisi seperlunya menurut hasil uji coba. Apabila revisi tes itu secara
keseluruhan cukup besar sebaiknya tes baru tersebut diujicobakan lagi
Pelaksanaan langkah ke-7, 8 dan 9 dapat ditunda sampai
saat pengembang instruksional mengujicobakan bahan dan strategi instruksional,
nanti pada akhir proses pengembangan instruksional.
SIMPULAN
A.
Simpulan
Dari
uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Penilaian
acuan norma adalah penilaian yang menentukan kedudukan atau posisi seorang
peserta tes diantara kelompokknya. Penilaian acuan patokan adalah penilaian
yang mengacu kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan
peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus
tersebut.
- Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang diukur dan perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain terletak pada jenis pengukuran, penekanan penjelasan prilaku peserta tes, jenis butir-butir tes, penggunaan penilaian dan penafsiran hasil tes.
- Dalam menyusun PAP, prosedur yang harus dilakukan, yaitu menentukan maksud tes, membuat tabel spesifikasi untuk setiap tes, menulis butir tes, merakit tes, menulis petunjuk, menulis kunci jawaban, mengujicobakan tes, menganalisis hasil ujicoba dan merevisi tes.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini diharapkan:
1.
Pendidik dapat
mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan pengonversian
hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan norma dan acuan
patokan.
2.
Dapat menggunakan penilaian acuan
patokan dalam mendesain instruksional.
DAFTAR
PUSTAKA
Oktaviani,
Eka. http://matematikaunm5.blogspot.com/2014/03/penilaian-acuan-normatif-pan-penilaian.html. Diakses 15 Februari 2015.
Suparman,
Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern.
Jakrta: Erlangga.
Sukardi. E, dan Maramis. W. F.
1986. Penilaian Keberhasilan Belajar.
Jakarta: Erlangga University Press.
Widianingsih.
2014. http://www.slideshare.net/widianengsih54/penilaian-acuan-norma-pan-dan-penilaian-acuan-patokan-pap.
Diakses 15 Februari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar