Senin, 02 Maret 2015

PAN DAN PAP



PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN

MENYUSUN PENIAIAN ACUAN PATOKAN
DAN PENILAIAN ACUAN NORMA
 








Oleh
Nopriyani Anglusia
NIM 06032681418010

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Fuad Abd.Rachman, M.Pd.
Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc.
Dr. Nyayu Khodijah, M.Si.



PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam mendesain instruksional, sering kali seorang pengajar menyusun alat penilaian hasil belajar setelah proses intruksional berakhir. Ia menyusunnya dalam waktu yang singkat berdasarkan isi pembelajaran yang telah diajarkan dan masih segar dalam ingatannya. Keadaan tersebut memungkinkan tidak berfungsinya tujuan instruksional yang telah dirumuskannya.
Tes yang seharusnya disusun adalah tes yang mengatur tingkat pencapaian siswa terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan intruksional. Tes tersebut mungkin tidak dapat mengukur penguasaan siswa terhadap seluruh uraian pengajar dalam proses intruksional, sebab apa yang diberikan pengajar selama proses tersebut belum tentu seluruhnya relevan dengan tujuan intruksional. Isi pelajaran bukanlah kriteria untuk mengukur keberhasilan proses pelaksanaan intruksional.
Dalam mengukur tingkat keberhasilan peserta didik diperlukan tehnik dan prosedur penulisan alat penilaian. Tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional merupakan petunjuk akan tingkat keberhasilan sistem instruksioanal yang digunakan.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diangkat dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Apakah Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)?
2.      Apa persamaan dan perbedaan PAN dan PAP?
3.      Bagaimana penyusunan alat penilaian hasil belajar?


C.      Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apakah PAN dan PAP
2.      Mengetahui persamaan dan perbedaan PAN dan PAP
3.      Mengetahui bagaimana cara penyusunan alat penilaian hasil belajar

D.      Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini antara lain:
1.      Bagi penulis
Dapat  mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan norma dan acuan patokan.

2.      Bagi Guru
Dapat menggunakan penilaian acuan patokan dalam mendesain instruksional



PENILAIAN ACUAN PATOKAN
DAN PENILAIAN ACUAN NORMA

A.      Penialaian Acuan Norma
Istilah tes acuan norma merupakan terjemahan dari norm-referenced test. Tes ini disusun untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta tes diantara kelompokknya baik kelompok peserta didik dalam satu kelas, sekolah, provinsi atau nasional.
Dalam penyusunan tes acuan norma memerlukan kaliberasi yang lebih sulit daripada tes acuan patokan, karena tidak semua butir tes dapat digunakan dalam tes acuan norma. Soal yang digunakan dalam tes acuan norma harus memiliki tingkat kesukaran serta daya pembeda, sehingga hasil tes acuan norma benar-benar menunjukkan kedudukan seorang peserta tes di antara kelompoknya.
Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
  1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
  2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
  3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
  4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
  5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.

Sebagai contoh adalah dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. Sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut: Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta tes, yang diperoleh dengan cara:
   10 = 10

   10 = 9
   10 = 8

   10 = 7

   10 = 6

            Cara lain dengan menafsirkan hasil tes acuan norma dengan menggunakan skor persentil. Contohnya bila Neni Asriyani mencapai skor mentah 71 dari skor maksimum 100, akan dicari skor persentilnya. Langkah yang harus dilakukan adalah:
1.      Hitung jumlah peserta didik yang mencapai 71 dan dibawahnya, misalnya 20 orang. Jumlah seluruh peserta tes 50 orang.
2.      Skor persentil Neni diantara kelompok tersebut adalah 20/50 = 40



B.       Penilaian Acuan Patokan
Istilah penilaian acuan patokan merupakan terjemahan dari criterion-referenced assesment. Literatur asing menyebutnya sebagai criterion-referenced test, objective-referenced assesment, content referenced assesment, domain referenced assesment dan universe referenced assesment. Istilah tersebut dapat ditukarkan dalam penggunaannya. Dalam menafsirkan hasil tes acuan patokan yang didasarkan atas persentase skor yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan skor maksimum.
Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus tersebut.
Skor yang dicapai setiap peserta didik ditafsirkan dengan cara yang sama, yaitu membandingkan dengan skor maksimum yang mungkin dicapai peserta didik untuk kompetensi yang terdapat dalam tujuan instruksional. Alat penilaian hasil belajar kawasan kogninif memang selalu berbentuk tertulis atau lisan. Berbeda kawasan psikomotor selain berbentuk lisan atau tertulis respon perserta didik harus berbentuk gerak fisik. Sedangkan alat penilaian hasil belajar kawasan afektif, berbentuk sikap perilaku yang dapat diamati.
Sebagai contoh rumus yang dapat digunakan adalah:
Nilai = skor mentah / skor maksimum ideal x 100

Selanjutnya nilai-nilai yang berhasil dicapai masing-masing siswa ditransfer atau diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan-patokan yang telah disepakati masing-masing lembaga/institute/universitas. Misalanya:
Nilai 85 keatas = A
Nilai 75 – 84 = B
Nilai 65 – 74 = C
Nilai 55 – 64 = D
Nilai dibawah 55 = E
C.      Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Gronlund (1990) mengemukakan kesamaan dan perbedaan kedua jenis tes tersebut, yaitu:
Persamaannya:
1.      Keduanya mensyaratkan perumusan secara spesifik kompetensi atau perilaku yang akan diukur.
2.      Keduanya disusun berdasarkan sampel dan tujuan instruksional yang rasional dan representatif.
3.      Keduanya menggunakan jenis tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes kinerja atau tes keterampilan
4.      Keduanya menggunakan ketentuan yang sama dalam menulis butir tes, kecuali untuk kesulitan tes. Ini berarti bahwa keduanya sama-sama membutuhkan kalibrasi daya pembeda dan analisis options.
5.      Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitas
6.      Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun maksud yang berbeda.
Perbedaannya:
Tabel 1. Perbedaan PAN dan PAP
PAN
PAP
Mengukur sejumlah besar kompetensi atau perilaku dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku
Mengukur kompetensi atau perilaku dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku
Menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif
Menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
Lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit.
Mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.
Digunakan terutama untuk survey
Digunakan terutama untuk penguasaan.
Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefenisian kelompok secara jelas
Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefenisian perilaku yang diukur secara jelas dan terbatas.

            Dalam mengembangkan jenis alat penilaian hasil belajar apapun, ada prinsip yang harus dipegang teguh, yaitu pertama-tama alat penilaian itu berbasis TIU dan TIK. Di samping itu, sedikitnya ada tiga persyaratan pokok yang harus dipenuhialat penilaian yang baik, yaitu validitas, reliabilitas dan kepraktisan penggunaanya.

D.      Prosedur Penyusunan Alat Penilaian Acuan Patokan
Untuk menyusun alat penilaian, perlu melakukan langkah-langkah berikut:
1.         Menentukan Maksud Penilaian
Alat penilaian yang akan dibuat pendesain instruksional akan digunakan untuk dua maksud utama, yaitu memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam setiap tahap proses belajarnya dan untuk menilai efektifitas sistem instruksional secara keseluruhan.
2.         Membuat tabel spesifikasi
Nama lain dari tabel spesifikasi adalah kisi-kisi.
3.         Menulis butir tes
Dalam menulis butir tes, macam dan jumlah butir tes harus sesuai dengan tabel spesifikasi, menggunakan komponen kondisi dalam TIK sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan, dan setiap menyelesaikan satu butir tes, seorang pendesain instruksional menanyakan kepada dirinya sendiri dengan pertanyaan “ Seandainya p peserta didik dapat menjawab pertanyaan atau melakukan perilaku yang dikehendaki oleh butir tes tersebut dengan benar, apakah peserta didik berarti telah mampu melakukan atau menguasai perilaku seperti yang telah tercantum dalam TIK?” (Bila ada keragu-raguan, butir tes harus direvisi).
4.         Merakit Tes
Butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenis yang sama kemudian diberi nomor urut 1 dan seterusya
5.         Menulis Petunjuk
Dalam menulis petunjuk haruslah singkat, jelas tetapi padat. Misalnya menuliskan berdasarkan jenis tes (mengisi, menjodohkan, benar salah, pilihan ganda dan lainnya)
6.         Menulis Kunci Jawaban
Hal ini diperlukan untuk memberi skor atau orang yang memeriksa dan menilai hasil jawaban peserta didik.
7.         Menguji coba Kualitas Teknis Tes
a.         Kualitas setiap butir tes
b.        Kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab
c.         Kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan
d.        Kelengkapan alat-alat yang harus dibawa siswa, misalnya kalkulator, tabel, kertas jawaban, pensil atau alat tulis tertentu
e.         Kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa dengan yang ditetapkan dalam tes tersebut
f.         Kejelasan dan kebersihan pengetikkan.
8.         Menganalisis hasil ujicoba
Hasil uji coba tes dapat diolah dalam dua bagian penting, yaitu kualitas setiap butir tes, dianalisis daya pembedanya dan untuk tes pilihan ganda dianalisis juga fungsi setiap optionnya. Selanjutnya kualitas teknik penulisan dan kualitas fisik, dianalisis menurut unsur-unsur point 7b – 7f.
9.         Merevisi tes
Tes yang telah diujicobakan direvisi seperlunya menurut hasil uji coba. Apabila revisi tes itu secara keseluruhan cukup besar sebaiknya tes baru tersebut diujicobakan lagi

              Pelaksanaan langkah ke-7, 8 dan 9 dapat ditunda sampai saat pengembang instruksional mengujicobakan bahan dan strategi instruksional, nanti pada akhir proses pengembangan instruksional.


SIMPULAN
A.      Simpulan
       Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Penilaian acuan norma adalah penilaian yang menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta tes diantara kelompokknya. Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus tersebut.
  1. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang diukur dan perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain terletak pada jenis pengukuran, penekanan penjelasan prilaku peserta tes, jenis butir-butir tes, penggunaan penilaian dan penafsiran hasil tes.
  2. Dalam menyusun PAP, prosedur yang harus dilakukan, yaitu menentukan maksud tes, membuat tabel spesifikasi untuk setiap tes, menulis butir tes, merakit tes, menulis petunjuk, menulis kunci jawaban, mengujicobakan tes, menganalisis hasil ujicoba dan merevisi tes.

B.       Saran
Dalam penulisan makalah ini diharapkan:
1.    Pendidik dapat  mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan norma dan acuan patokan.
2.    Dapat menggunakan penilaian acuan patokan dalam mendesain instruksional.




DAFTAR PUSTAKA



Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakrta: Erlangga.
Sukardi. E, dan Maramis. W. F. 1986.  Penilaian Keberhasilan Belajar. Jakarta: Erlangga University Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar