TEORI
BELAJAR
1.
Ivan
Petrovich Pavlov (1849 – 1936)
Ivan Pavlov melakukan
eksperimen dengan menggunkan anjing, daging, dan bel. Ia melakukan kombinasi
anjing sebagai perangsang asli atau US (unconditioned
stimulus) dengan bel sebagai
perangsang netral (netral stimulus),
yang menjadi stimulus bersyarat, yaitu kombinasi daging dan bel atau CS (conditioning stimulus), bersamaan secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan, yaitu keluarnya air
liur anjing atau CR (conditoning respons),
meskipun hanya mendengar bunyi bell (Irham &
Wiryani, 2013, hal. 153)
Gambar
1. Eksperimen Pavlov terhadap anjing
Hasil
eksperimen Pavlov tersebut memunculkan teori yang disebut dengan Classical Conditioning (pengkondisian
klasik). Artinya, stimulus yang dapat dikondisikan dapat digunakan untuk
menggantikan stimulus-stimulus alami untuk menghasilkan respon-respon yang
diinginkan dan dikondisikan. Dalam proses belajar dengan tingkah laku ukuran
keberhasilan melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan (Conditioning Process). Yang terpenting dalam belajar menurut teori
ini adalah adanya latihan dan pengulangan.
Menurut
Iskandar (2009:113), Hukum-hukum belajar
yang ditemukan adalah sebagai berikut:
a)
Law
of respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah
satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat.
b)
Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui conditioning respons itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatan akan menurun.
Menurut Woolfolk dalam
Bahruddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 63-64), aplikasi teori belajar klasikal
conditioning dari Ivan pavlov dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan
dalam beberapa bentuk, sebagai berikut:
a) Membuat
kegiatan belajar seperti membaca lebih meyenangkan bagi ssiwa dengan membuat
ruang membaca yang nyaman, enak dan menarik.
b) Mendorong
dan mengaktifkan siswa yang pemalu, tetapi pandai dengan cara memintanya
membantu siswa lain yang tertinggal materi mengenai cara memahami dan cara
mempelajari materi-materi tertentu.
c) Membuat
tahap-tahap rencana jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
misalnya melalui kegiatan tes tau ulangan harian, mingguan dan sebagainya agar
siswa lebih memahami pelajaran dengan baik.
d) Apabila
ada siswa yang malu atau minder untuk maju ke depan kelas, maka dapat dibantu
melalui aktivitas-aktivitas sederhana, mulai dari membaca laporan dalam sebuah
kelompok sambil duduk kemudian sambil berdiri, serta kemudian berpindah ke
kelompom lain bahkah sampai pada kelompok yang lebih besar membaca di depan
kelas.
2.
Burrhus
Frederic Skiner (1904 – 1990)
Skiner
melakukan percobaannya di dalam laboratorium dengan menggunakan tikus serta
burung merpati yang lapar dalam sebuah kotak yang dilengkapi dengan tombol,
alat pemberi makan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur dan lantai yang
dapat dialiri listrik.
Gambar 2.
Eksperimen Skiner terhadap tikus
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
selama proses percobaan, tikus bergerak tak tentu arah, ke sana-kemari untuk
keluar dari kotak dan mencari mekan. Pada suatu ketika ia menekan sebuah tombol
maka keluarlah makanan. Namaun, ketika ia menekan tombol yang salah, maka
lantai kota teraliri listrik sehingga ia tersengat listrik. Kemudian, dalam
percobaan-percobaan selanjutya, tombol makanan akan lebih sering ditekan serta
mengurangi menekan tombol lainnya, yaitu tombol listrik. Proses ini disebut dengan shaping, yaitu pembentukan
kebiasaan-kebiasaan tertentu yang didasari oleh pegalaman dalam bentuk stimulus
dan respon.
Skiner menyatakan unsur terpenting
dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement), artinya adalah
pengetahuan yang terbentuk sebagai hasil adanya S – R akan semakin kuat jika
diberi pengutan. Hukum-hukum belajar yang disampaikan oleh Skiner sebagai
berikut:
a)
Law of Operant Conditioning, yang menyatakan bahwa
apabila munculnya perilaku (R) diiringi atau diikuti dengan stimulus penguat
maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b)
Law of Operant Conditioning Extinction, apabila
timbulnya sebuah perilaku operan telah diperkuat malalui proses conditioning
sebelumnya tidak diiringi stimulus penguat maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun, berkurang, bahkan menghilang.
Skiner memiliki pandangan mengenai
konsep hukuman dalam proses belajar. Skiner lebih menyukai istilah negative
reinforcemnet (penguatan negatif) yang jelas tidak bisa disamakan dengan
hukuman. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif .
·
Penguatan
positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah
(permen, kado, makanan dan lain-lain), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan
(nilai A, Juara 1 dsb).
·
Pengutan negatif
adalah penguatan
berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).
Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain-lain).
Menurut (Mukhtar & Iskandar, 2010) aplikasi teori Skiner
dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a)
Dalam proses pembelajaran, laporan atau hasil proses
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diberi penguat.
b)
Dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus
mengikuti irama siswa yang belajar. Dengan kata lain, pendidik tidak dapat
memaksakan kehendaknya kepada siswa.
c)
Pelaksanaan proses pembelajaran ada baiknya materi-materi
pelajaran disusun dan dilaksanakan menggunakan sistem modul
d)
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak
menggunakan dan menerapkan hukuman. Namun demikian, pendidik berusaha mengubah
lingkungan agar tidak menimbulkan perilaku siswa yang harus dihukum.
e)
Apabila tingkah laku yang diinginkan pendidik muncul,
siswa dengan segera diberi hadiah sebagai bentuk penguatan.
f)
Dalam pembelajaran digunakan, shaping yaitu
pembentukan pembiasaan-pembiasaan atas dasar pengalaman belajar dari rangkaian
stimulus dan respons.
References:
Irham, M., & Wiryani, N. A. (2013). Psikologi
Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Iskandar. (2009). Psikologi
Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Ciputat: Gaung Persada Press.
Mukhtar, &
Iskandar. (2010). Desain Pembelajaran berbasis TIK. Jakarta: Referensi.